POSISI MANUSIA DI ANTARA CIPTAAN DAN PENCIPTA

POSISI MANUSIA DI ANTARA CIPTAAN DAN PENCIPTA

Eser, S.Fil




PENDAHULUAN

A. Latar Belakang        

Manusia adalah ciptaan yang dikenal sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling istimewa di bandingkan ciptaan lainnya. Hal ini dikarenakan manusia di ciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Manusia juga adalah satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang diberikan wewenang khusus untuk berkuasa atas ciptaan lainnya “Kejadian 1:28”.  Manusia yang diberikan wewenang khusus untuk berkuasa atas ciptaan lainnya tentu tidak semena-mena memperlakukan ciptaan lain sebagai sesuatu yang tidak bernilai. Namun karena wewenang khusus itu manusia memiliki tanggung jawab dalam menjaga dan mengelolah ciptaan lainnya. Sayangnya manusia kadang hanya mengingat wewenang untuk berkuasa atas ciptaan lain dan melupakan tanggung jawabnya untuk menjaga dan mengelolah. Hal tersebut terlihat jelas dimasa sekarang seperti kerusakan ekologi yang di sebabkan oleh manusia, pemburuan hewan hutan yang tak terkendali, pengambilan ikan yang tak terbatas dan masi banyak tindakan manusia yang merusak ciptaan lain.

            Hak kuasa yang diberikan Allah kepada manusia terhadap ciptaan lainya membuat manusia menumbuhkan rasa egois dalam dirinya. Manusia demi memenuhi kepentingan pribadi tidak lagi mempedulikan ciptaan lainnya. Hal ini juga membuat manusia melupakan Allah yang memberikan mereka wewenang karena hilangnya rasa tanggung jawab untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah yaitu menjaga dan merawat ciptaan lainnya. Manusia seharusnya sadar bahwa sebagai ciptaan yang paling istimewa dan juga makhluk yang berakal dari semua ciptaan Allah harus sadar akan tanggung jawabnya untuk menjadi makhluk yang memperhatikan keberadaan ciptaan lainnya. 

        Dari latar belakang diatas maka yang menjadi pertanyaan penulisan yakni:  Dimana posisi manusia di antara sesama ciptaan dan Pencipta?. Tujuan dari penulisan ini ialah; Mengetahui posisi manusia di antara sesama ciptaan dan Pencipta.


PEMBAHASAN

A.    Manusia Menguasai Dan Menaklukkan Bumi Dan Segala Isinya

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang berbeda dari ciptaan lainnya, manusia di ciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Allah menciptakan manusia dengan memiliki Akal yang membuat manusia berbeda dari makhluk ciptaan lainnya. Hal itu yang membuat manusia dapat memiliki tanggung jawab untuk diberikan kuasa atas ciptaan lainnya. Allah memberikan kuasa kepada manusia untuk menaklukkan bumi. Dengan demikian, manusia menjadi makhluk ciptaan yang berkuasa atas ciptaan yang lain. Allah juga menempatkan manusia sebagai wakil-Nya di dunia. (Kej 1:28) “Berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan segala binatang yang merayap di bumi”.  Kata berkuasa menunjuk kepada wewenang yang diberikan Tuhan untuk mengelola dunia dengan segala yang ada di dalamnya. Hanya kepada manusia Allah memberikan wewenang untuk mengelola bumi.[1] Kuasa yang diberikan Allah kepada manusia dapat dipahami sebagai perintah untuk menjaga, merawat dan mengelola dunia dan segala isinya. Sehingga pemahaman bahwa kuasa yang diberikan Allah kepada manusia sebagai tanda manusia bebas memperlakukan ciptaan lain dengan semena-mena hingga merusak adalah pemahaman yang sama sekali salah.

Dalam “Kej 1:28” dapat di lihat arti kata dari “Menaklukkan” dan “Berkuasa”. Menaklukkan dalam bahasa ibrani “kabas” yang berarti; menaklukkan, menjadikan miliknya, mengelola, mengusahakan dan memelihara. Sedangkan berkuasa dalam bahasa ibrani “rada” diartikan sebagai perintah untuk mengembalakan. Dalam bahasa Akkad “rudum” memiliki arti mendampingi atau mengurus.[2] Dari pengertian kata menaklukkan dan berkuasa dapat dipahami bahwa peran menusia adalah sebagai pengurus yang bertanggung jawab atas kelestarian alam dan pengembalaan makhluk-makhluk ciptaan lainya.

Kuasa manusia atas ciptaan lain dapat dipahami sebagai perintah Allah kepada manusia untuk bertanggung jawab atas dunia dan seluru isinya. Allah memerintahkan manusia untuk menaklukkan semua ciptaannya yang berarti Allah memberikan hak kepada manusia untuk memiliki segala ciptaan Allah di bumi dan bertanggung jawab untuk menjaga, merawat, mengelola, dan mengembalakan seluru ciptaan Allah.

B.     Keberadaan Manusia Bagi Ciptaan Lain

Manusia yang berakal dan menjadi wakil Allah dalam dunia memiliki tanggung jawab terhadap ciptaan lainnya. Namun banyak pemikiran yang keliru dengan kata menguasai dan menaklukkan dengan menggap bahwa manusia berhak berbuat semaunya atas ciptaan lain sebagai penguasa atas ciptaan lain. Seperti saat ini banyak kerusakan yang di akibatkan manusia terhadap ciptaan lain karena kepentingan pribadi seperti pengerusakan alam, pemburuan hewan yang berlebihan, penangkapan ikan dengan alat-alat peledak yang merusak ekosistem laut, dan banyak tindakan lainnya yang mengakibatkan rusaknya dunia dan isinya yang di sebabkan oleh manusia. Kadang manusia memandang keberadaan ciptaan lain hanya sebagai pendukung kebutuhan manusia.[3] Manusia kadang melupakan tanggung jawabnya sebagai wakil Allah yang di beri kuasa untuk menaklukkan dunia yang dalam artian menjaga, merawat, dan mengelola bumi dan segala isinya.

Wewenang yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguasai bumi dan seluru isinya membuat manusia memiliki derajat lebih tinggi dari ciptaan Tuhan lainya. Manusia yang memiliki derajat lebih tinggi dari ciptaan lainnya membuat manusia memiliki kuasa untuk menata segala ciptaan lainnya sesuai dengan keinginannya. Ketika Adam ditempatkan di bumi, ia harus berkuasa atas bumi sebagai perwakilan Tuhan seperti sebuah kerajaan yang sedang membuat koloni. Tugas manusia adalah mewarnai (impacting) dunia dengan nilai dan stantar kerajaan Allah.[4] Meskipun manusia diberi kuasa atas semua ciptaan dan memiliki hak untuk menata bumi dan seluru isinya namun manusia tidak dapat melakukannya dengan tujuan untuk kebutuhan hidunya sendiri namun harus sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan dan perintahkan.

Oleh karena itu sesuai dengan perintah Tuhan manusia harus menjadi penguasa dan menaklukkan bumi dan segala isinya dengan cara menjaga, merawat, mengelola, dan mempergunakannya dengan baik. Tuhan menyediakan sumber kehidupan yang cukup bagi manusia melalui ciptaan lainnya dan manusia memiliki hak untuk menggunan secukupnya. Tindakan merusak bumi dan isinya yang dilakukan oleh manusia sama saja menghancurkan sumber kehidupan bagi manusia itu sendiri. Tuhan merancang ciptaanya dengan demikian rupa sehingga unsur yang lain menopang unsur lainya.[5] Sehingga salah satu tugas manusia adalah menjaga keseimbangan ciptaan Tuhan di bumi agar tetap terjaga dan terawat.

C.    Posisi Manusia Di Antara Ciptaan dan Pencipta

Seperti yang telah dibahas di atas bahwa manusia yang diberi kuasa oleh Allah untuk menaklukkan bumi dan segala isinya menjadikan manusia memiliki derajat lebih tinggi dari ciptaan Tuhan lainnya. Manusia di ciptakan dengan di berikan karunia akal hal itu terlihat dari manusia yang dapat berpikir. Manusia juga di ciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Hal tersebut hampir menyamai Allah dan membuat manusia jauh berbeda dari makhluk ciptaan lainnya. Manusia merupakan puncak ciptaan Allah. ketika Allah menciptakan bumi dan seluru isinya, Allah hanya mengatakan bahwa semua yang diciptakannya baik. Ketika Allah menciptakan manusia, Allah berkata sunggu amat baik “Kej 1:31”.[6] Hal tersebut memperlihatkan betapa manusia merupakan mahakarya Allah yang sempurnah dari ciptaan lainnya.

Manusia yang merupakan mahakarya yang hampir sama dengan Allah di tuntut untuk mencerminkan apa yang ada pada diri Allah. Manusia diperintahkan untuk mencerminkan Allah melalui hidupnya, baik dalam tingkah laku dan pikirannya.[7] Manusia memiliki tanggung jawab untuk melakukan apa yang Allah telah perintahkan sebagai bentuk cerminan dari diri Allah yaitu untuk mengelola bumi dan seluru isinya sebagai ciptaan lain dari Allah. Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa posisi manusia berada lebih tinggi di bandingkan ciptaan Allah yang lain. Derajat manusia yang lebih tinggi membuat manusia memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari ciptaan lainnya yaitu untuk melakukan perintah Allah untuk merawat bumi dan seluru isinya, kerusakan bumi adalah kelelaian manusia atas tanggung jawabnya.

Meskipun manusia memiliki derajat yang lebih tinggi dari ciptaan Allah yang lain karena memiliki akal budi serta diciptakan segambar dan serupa dengan Allah tetapi manusia tidak sama dengan Allah. Manusia tetaplah makhluk yang terbatas, keterbatasan itu mencakup aspek fisik, perasaan dan kemampuan berpikir. Dari segi fisik manusia dapat digerogoti penyakit, dari segi psikis manusia sangat lema karena mudah merasa sedih, marah dan putus asa. Dari kemampuan berpikir manusia tidak mampu memecakan misteri alam semesta.[8] Dari hal tersebut memberikan pemahaman yang jelas bahwa posisi manusia sangat rendah di hadapan Allah. Allah yang telah menciptakan manusia tidak dapat menyamai derajat Allah.

            Antara Allah dan manusia ada suatu perbedaan hakiki. Tetapi perbedaan hakiki tidak boleh kita tafsirkan seolah-olah antara kedunya tidak ada hubungan. Di antara keduanya memili hubungan ada dan sangat hakiki. Hubungan yang hakiki itu adalah Tuhan sebagai pencipta dan manusia sebagai makhluk ciptaan yang segambar dengan Allah. Allah dan manusia di pihak lain memiliki hubungan yang positif dan di pihak lain memiliki perbedaan yang hakiki.[9] Alkitab juga biasa menyebut hubungan Allah dan Manusia seperti Bapa dan Anak yang berarti Allah adalah Bapa bagi umat manusia[10]. Namun perlu di luruskan bahwa sebutan Bapa dan anak bukan berarti manusia adalah putra Allah tetapi sebutan anak dan Bapa berarti Allah dan manusia memiliki hubungan yang intim dan manusia menjadikan Allah sebagai pemelihara hidunya seperti seorang bapak terhadap anaknya. Karena pada hakekatnya manusia tidak dapat menyemai Allah dan posisi manusia berada di bawa kendali Allah sebagai makhluk ciptaan.


PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Manusia adalah ciptaan Tuhan yang berbeda dari ciptaan lainnya, manusia di ciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Allah menciptakan manusia dengan memberikan karunia Akal budi yang membuat manusia berbeda dari makhluk ciptaan lainnya. Manusia yang berakal dan menjadi wakil Allah dalam dunia memiliki tanggung jawab terhadap ciptaan lainnya. Allah memberikan kuasa kepada manusia untuk menaklukkan bumi dan seluru isinya. Dengan demikian, manusia menjadi makhluk ciptaan yang berkuasa atas ciptaan yang lain. Allah memerintahkan manusia untuk menaklukkan semua ciptaannya yang berarti Allah memberikan hak kepada manusia untuk memiliki segala ciptaan Allah di bumi dan bertanggung jawab untuk menjaga, merawat, mengelola, dan mengembalakan seluru ciptaan Allah. Wewenang yang diberikan Allah kepada manusia untuk menguasai bumi dan seluru isinya membuat manusia memiliki derajat lebih tinggi dari ciptaan Tuhan lainya. Namun Meskipun manusia memiliki derajat yang lebih tinggi dari ciptaan Allah yang lain karena memiliki akal budi serta diciptakan segambar dan serupa dengan Allah tetapi manusia tidak sama dengan Allah. Karena pada hakekatnya manusia tidak dapat menyemai Allah dan posisi manusia berada di bawa kendali Allah sebagai makhluk ciptaan.

B.     Saran

Penulis berharap tulisan ini dapat menambah pengetahuan kepada pembaca tentang posisi manusia di antara ciptaan dan Pencipta. Penulis sadar bahwa tulisan ini tidak sempurna dan memiliki banyak kekurangan baik itu karena kurangnya sumber-sumber seperti buku, jurnal, dan tulisan-tulisan lainya yang berkaitan dengan tulisan tersebut. Penulis juga berharap bahwa melalui tulisan ini pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun agar penulis  dapat menulis dengan baik lagi.

 

 

 

Referensi

[1] Mauli Siahaan, The Prencius One, (Yogyakarta: ANDI, 2012), 28.

[2] Surip Stunislaus, Melengkapi Dan Menjadi Satu Daging; Inspirasi Biblis Bina Keluarga, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2021), 10.

[3] STAKN Toraja, Bungai Rampai; Teologi Kontekstual & Kearifan Lokal Toraja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2020), 170.

[4] Wigand Sugandi, The Art Of Life, (Jakarta: PT Inspirasi Utama, 2022)

[5] Jhon M, Drescher, Melakukan Buah Roh, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 71.

[6] Wigand Sugandi, The Art Of Life, (Jakarta: PT Inspirasi Utama, 2022)

[7] Hendrik Legi, Moral, Karakter Dan Disiplin Dalam Pendidikan Agama Kristen, (Jawa Barat: Edu Publisher, 2022). 37.

[8] KTSP, Pendidikan Agama Kristen “Kelas 7”  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 13.

[9] J.L.Ch. Abineno, Manusia Dan Sesamanya Dalam Dunia, (BPK Gunung Mulia, 2003), 40.

[10] J.L.Ch. Abineno, Manusia Dan Sesamanya Dalam Dunia, 41. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SI PALING PERHATIAN